Ular Kuning Berbisa

Ular Kuning Berbisa

Tubuh mongoose cukup proporsional

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Melansir The Animal Files, mongoose kuning memiliki tubuh yang proporsional dengan panjang sekitar 23 hingga 33 cm dan ekor sepanjang 18 hingga 25 cm. Mereka memiliki kaki yang pendek namun kuat, dengan cakar tajam yang memudahkan mereka dalam menggali tanah dan mencari makanan.

Bulu mereka berwarna cokelat kekuningan. Mata mereka yang besar dan berwarna merah memberikan pandangan yang tajam dan memungkinkan mereka untuk mendeteksi bahaya dengan cepat.

Habitat Ular Kobra Jawa

Sesuai dengan namanya, habitat utama ular kobra Jawa berada di Pulau Jawa.

Habitat aslinya sebagian besar berada di hutan hujan tropis, persawahan, hingga pekarangan.

Hewan ini mudah beradaptasi sehingga kerap ditemukan di berbagai tipe habitat, termasuk di perkotaan.

Melansir Wildlife Preservation Canada, kobra Jawa bahkan paling sering ditemui di Kota Jakarta.

Hewan melata ini hidup di atas tanah (terrestrial), terutama di area persawahan dan pekarangan.

Menjadi hewan nokturnal, ular kobra Jawa aktif mencari mangsa di malam hari.

Target sasarannya adalah mamalia kecil, tikus, burung, kodok, ular, dan hewan amfibi lainnya menjadi makanan favorit bagi ular kobra Jawa.

Tak heran jika keberadaan hewan ini penting sebagai pengontrol populasi hewan pengerat.

Baca Juga: 3 Jenis Tanaman yang Bisa Dicangkok, Bisa Bikin Pohon Berbuah Lebih Cepat!

Hidup di Afrika bagian selatan

Melansir Critter Facts, mongoose kuning kebanyakan hidup di Afrika bagian selatan. Mereka lebih suka daerah dengan lahan terbuka, seperti padang rumput dan semak belukar semi-gurun. Mereka hidup di beberapa negara, seperti Angola, Botswana, Afrika Selatan, Zimbabwe, dan Namibia.

Kelompok mongoose kuning hidup dalam koloni yang terdiri dari beberapa individu hingga puluhan ekor, dan mereka membangun sarang yang rumit dan terorganisir. Keberadaan sarang ini berfungsi sebagai tempat perlindungan dari predator dan lingkungan yang ekstrem.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Mongoose, Hewan Lucu yang Paling Ditakuti Ular

Memiliki nama ilmiah Cynictis penicillata

Mongoose kuning, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut Cynictis penicillata, merupakan anggota keluarga Herpestidae yang tergolong dalam ordo Carnivora. Mereka memiliki hubungan kekerabatan dengan musang, mangut, dan cibet.

Menurut Sanbi, mongoose kuning dikenal dengan beragam nama lokal di berbagai wilayah, seperti "Mierkat" di Afrika Selatan dan "Suricate" di beberapa negara di Afrika Timur. Nama-nama ini mencerminkan keunikan dan kepopuleran hewan ini di daerah asalnya.

Beberapa kota di Pulau Jawa sempat dihebohkan oleh serangan anakan ular kobra Jawa yang masuk ke dalam rumah.

Dari sekian banyak jenis ular berbisa yang ada, keberadaan jenis kobra ini perlu diwaspadai.

Pasalnya, kobra Jawa dinilai sebagai salah satu ular berbisa tinggi yang bisa membahayakan manusia kapan saja

Apa bedanya ular kobra Jawa dengan ular kobra pada umumnya? Simak juga cara penangannya dalam ulasan berikut ini.

Baca Juga: 15 Arti Mimpi Dikejar Ular, Berhubungan dengan Emosi!

Mengenal Ular Kobra Jawa

Foto: Ular Kobra Jawa (Freepik.com)

Ular kobra Jawa merupakan salah satu ular berbisa tinggi dari family Elapidae.

Jenis ular ini berasal dari genus Naja dan memiliki nama latin Naja sputatrix.

Ciri-ciri kobra Jawa memiliki leher yang dapat memipih seperti sendok saat dirinya terancam.

Maka tak heran jika masyarakat Jawa kerap menyebut jenis kobra ini sebagai ular sendok.

Ciri-ciri kobra Jawa biasanya berwarna hitam kecokelatan dengan panjang mencapai 2 meter.

Hewan berbisa ini juga memiliki bentuk taring proteroglypha (bertaring depan) yang berukuran kecil dengan ujung pendek.

Baca Juga: Ketahui Klasifikasi Filum Coelenterata sebagai Hewan Berongga

Dari taringnya itulah, ular kobra Jawa mampu menyuntikkan bisa hingga masuk ke dalam pembuluh darah lawannya.

Hati-hati, bisa ular kobra Jawa memiliki sifat hemotoksik yang mampu merusak sel darah.

Tak hanya itu, bisa ular kobra jenis ini juga bersifat neurotoksik yang mampu merusak sel saraf dan menyebabkan kelumpuhan.

Jarak semburan bisanya pun cukup jauh. Jika terkena mata, manusia bahkan bisa mengalami kebutaan dalam sekejap.

Meski sangat berbahaya bagi manusia, keberadaan ular kobra Jawa ternyata juga perlu dilestarikan, lho, Moms.

Terutama bagi para petani, keberadaan satwa ini dapat mengendalikan hama tikus sehingga turut menjaga keseimbangan ekosistem.

Baca Juga: Moms Suka Bunga Krisan? Yuk Ikuti Cara Menanam Bunga Krisan Berikut!

Mampu menghadapi ular kobra

Melansir Woburn Safari, spesies ini berani menyerang ular berbisa seperti kobra. Mereka memiliki kecepatan, kecerdikan, dan refleks yang sangat baik dalam menghadapi serangan ular kobra yang mematikan.

Melalui gerakan yang cepat dan gesit, mongoose kuning mampu menghindari gigitan ular kobra dan menyerang balik dengan serangan mematikan ke kepala ular tersebut. Mongoose kuning memiliki kekebalan terhadap racun ular kobra dalam beberapa tingkat, yang memungkinkan mereka untuk bertahan dalam pertempuran yang berbahaya ini.

Mengutip Animalia Bio, mongoose kuning adalah karnivora. Makanan utama mereka adalah serangga, seperti semut, rayap, belalang, dan kumbang. Mereka juga memakan burung, katak, kadal, telur, dan hewan pengerat kecil.

Mongoose kuning memiliki gigi yang tajam dan kuat yang memungkinkan mereka untuk mengunyah dan mencerna makanan dengan efisien. Kemampuan mereka dalam mencari makanan yang beragam membuat mongoose kuning menjadi hewan yang adaptasi dan berhasil bertahan di lingkungan yang serba sulit.

Nah, sekarang kamu sudah tahu mengenai fakta menarik tentang mongoose kuning. Mongoose kuning merupakan hewan yang memukau dan mengajarkan kita tentang keunikan alam serta kemampuan adaptasi yang luar biasa. Yuk, terus eksplorasi dan jaga kelestarian hewan-hewan yang luar biasa ini!

Baca Juga: 7 Spesies Ular Tercepat di Dunia, Hati-hati Tergigit!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Perbedaan Ular Kobra dan King Kobra

Foto: King Kobra (Pixabay.com/antriksh)

Sekilas, ciri-ciri ular kobra Jawa mirip seperti king kobra yang lehernya memipih seperti sendok.

Selain itu, masih ada sejumlah perbedaan ular kobra Jawa dengan king kobra, di antaranya:

Meski namanya mirip, ular kobra dan king kobra termasuk spesies yang berbeda.

Hal ini termasuk dengan ular kobra Jawa yang berasal dari genus Naja.

Sementara itu, king kobra memiliki genus Ophiophagus.

King kobra menyandang predikat sebagai ular berbisa terpanjang di dunia.

Rata-rata panjang king kobra bisa mencapai 6 meter dengan diameter 10 sentimeter.

Sementara itu, ukuran tubuh ular kobra cenderung lebih kecil dan pendek, berkisar 1,7-2,5 meter.

Bobot king kobra juga cenderung lebih besar, bahkan hampir 2 kali lipat ular kobra.

Berat king kobra bisa mencapai 5-10 kilogram, sementara ular kobra umumnya memiliki berat berkisar 2,5-5 kilogram.

Baca Juga: 10 Contoh Hewan Berkaki Dua serta Gambar dan Penjelasannya

King kobra tak segan memangsa ular lain sebagai makanannya.

Suara.com - Ahli reptil dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganjar Cahyadi membeberkan ciri-ciri ular berbisa setelah ramainya pemberitaan tentang munculnya ular kobra jawa di sejumlah wilayah Tanah Air akhir-akhir ini.

Ganjar, yang juga Kurator Museum Zoologi ITB, mengatakan berbicara tentang ular, sangat diperlukan untuk mengetahui jenis dan perilakunya agar masyarakat bisa melakukan langkah antisipasi yang tepat.

Dalam siaran pers yang disebar Humas ITB, Selasa (17/12/2019), Ganjar menyampaikan ular berbisa, dapat dikelompokkan pada dua famili yaitu elapidae dan viperidae.

Baca Juga: 4 Fakta Ilmiah tentang Habitat Ular Kobra Jawa yang Teror Depok

Ular yang termasuk elapidae contohnya adalah ular kobra, ular belang (bungarus), dan ular cabai (calliophis intestinalis).

Sementara untuk kelompok viperidae, cirinya adalah bagian kepala berbentuk seperti segitiga. Kalau di daun warnanya hijau dan jika di tanah warnanya kecoklatan.

“Ular berbisa memiliki taring yang mengeluarkan bisa. Selain itu dari perilakunya juga dapat terlihat kalau ular berbisa lebih santai dalam bergerak, tapi kalau didekati akan melakukan upaya perlindungan diri atau menyerang. Sementara ular tidak berbisa, tidak memiliki taring dan bila didekati akan kabur,” ujarnya.

Ciri lain dari ular berbisa dapat dilihat dari warna atau coraknya. Ular berbisa lebih mencolok warnanya, misalnya ular cabai yang mempunyai garis warna merah di tubuhnya, kemudian ular bungarus memiliki warga hitam putih.

Baca Juga: Nekat Disimpan ke Botol, Detik-detik Bocah 8 Tahun Dicatuk Ular Kobra

“Namun khusus untuk ular kobra, yang mencolok adalah karena warnanya hitam legam. Perilaku ular kobra, kalau terancam akan menaikkan tubuhnya dan mengembangkan rusuknya. Bahkan dapat menyemburkan bisanya ke arah mata,” katanya.

Ganjar menjelaskan bahwa pengetahuan akan ciri ular berbisa sangat penting dalam penanganan korban gigitan ular.

"Jadi, saat korban gigitan dibawa ke dokter, dia akan tahu bahwa telah digigit oleh jenis ular apa. Apakah berbisa atau tidak? Warna serta coraknya, dan lain-lain. Sehingga dapat diaplikasikan obat anti-bisa yang tepat dari jenis ular yang telah menggigit," imbuh dia.

Adapun cara penanganan secara medis pertama bagi orang yang terkena gigitan ular adalah imobilisasi atau meminimalisasi gerakan pada area yang terkena gigitan ular.

“Perlakuannya seperti pada patah tulang, jadi kita memasang kayu yang diikatkan dengan perban di bagian tubuh yang terkena gigitan. Usahakan area yang tergigit tidak bergerak sama sekali untuk mencegah area peredaran bisa dengan cepat. Akan tetapi jangan diikat terlalu kencang. Setelah dilakukan upaya tersebut, barulah dibawa ke fasilitas kesehatan,” tutup dia.

©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.

-- Kasus yang berkaitan dengan

tidak hanya soal penemuan puluhan anak ular kobra di sejumlah tempat beberapa waktu lalu. Baru-baru ini, seorang anak berusia 11 tahun tewas dipatuk ular jenis

Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ular weling (Bungarus candidus) memiliki bisa neurotoksin. Bisa ini menyerang sistem syaraf pernapasan sehingga menyebabkan gagal nafas dan menyebar dalam hitungan menit.

Ahli Herpetologi LIPI Amir Hamidy menyebut weling merupakan bagian dari 12 jenis ular terestrial (ular yang hidup di tanah) paling berbisa setelah kobra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bungarus candidus itu ular yang memang sangat berbisa tinggi. Jenis ini memiliki bisa neurotoksin, kegigitnya tidak sakit tapi efeknya sangat besar," kata Amir saat dihubungi

Untuk meningkatkan kewaspadaan, berikut ciri-ciri ular berbisa dan yang tidak berbisa:

Ular berbisa dikelompokan dalam dua famili yaitu elapidae dan viperidae. Ular yang termasuk elapidae ialah ular kobra, ular belang (Bungarus) dan ular cabai (Calliophis intestinalis).

Salah satu ular belang (Bungarus) yaitu Welang dan Weling. Struktur tubuh ular weling belang hitam-putih, namun pada bagian perut bawahnya berwarna putih. Selain itu, ekornya berbentuk lancip.

Selain weling, jenis ular welang pun kata Amir mesti diwaspadai karena masuk golongan bisa paling berbahaya. Keduanya sama-sama memiliki jenis bisa neurotoksin.

Sementara untuk kelompok viperidae, cirinya adalah bagian kepala berbentuk seperti segitiga. Kelompok ular ini jika menyentuh daun akan berwarna hijau, lalu ketika menyentuh tanah akan berubah warna menjadi kecoklatan.

Ciri lain dari ular berbisa dapat dilihat dari warna atau coraknya, sebab memiliki warna yang mencolok. Misalnya, ular cabai yang mempunyai garis warna merah di tubuhnya, kemudian ular bungarus memiliki warna hitam putih.

Menurut Ahli Herpetologi LIPI Amir Hamidy, ciri ular berbisa yang lain ialah memiliki gigi taring dan kelenjar bisa.

Bisa ular merupakan senyawa kimiawi yang diproduksi oleh kelenjar khusus. Bisanya terletak di setiap sisi kepala di bawah dan di belakang mata dan terbungkud selubung otot.

Selain itu, bisa ular merupakan gabungan sejumlah protein dan enzim yang berbeda. Kendati demikian, banyak dari protein itu yang tidak berbahaya bagi manusia namun ada beberapa protein beracun.

Setidaknya ada dua jenis bisa yang perlu diketahui yaitu neurotoksin dan hemotoksin. Neurotoksin adalah jenis bisa yang sangat mematikan karena dapat menyerang syaraf pernafasan, sehingga menyebabkan orang yang terserang kesulitan bernapas hingga akhirnya tewas.

Adapun jenis bisa ular lainnya yaitu hemotoksin. Jenis bisa ini menyerang darah, sehingga luka akan membengkak terlebih dahulu baru diikuti dengan pecah pembuluh darah.

Sisik loreal adalah sisik antara mata dan hidung atau yang disebut sisik pipi pada ular. Sisik ini tidak ada pada famili elapida, artinya hanya ular yang tidak berbisa saja yang memiliki struktur sisik ini.

Ular tidak berbisa biasanya beraktivitas pada siang hari, hal ini juga menjadi salah satu bentuk adaptasi hewan terhadap cahaya matahari dan suhu.

Banyak hewan yang beraktivitas diurnal, baik dari kelas mamalia, burung, reptil, amfibi hingga ikan.

Ular berbisa kebanyakan memiliki kepala berbentuk segitiga, sedangkan ular tak berbisa memiliki kepala bulat atau oval.

Selain itu, ular yang tak berbisa tidak memiliki lubang peka panas di kepala.

Mongoose kuning adalah salah satu spesies hewan yang menarik dan penuh pesona. Spesies ini termasuk ke dalam keluarga Herpestidae dan ditemukan di berbagai wilayah di dunia.

Melihat dari penampilan fisiknya, mongoose kuning memiliki ciri khas yang membedakannya dengan hewan lain. Meski terlihat imut dan lucu, mereka memiliki sifat yang tangguh dan kehidupan yang menarik.

Tanpa berlama-lama, berikut fakta menarik tentang mongoose kuning yang pasti akan membuat kamu terkesan! Yuk, simak!